JAKARTA--Rencana kedatangan bintang film asal Jepang, Maria Ozawa atau Miyabi, menimbulkan sejumlah reaksi. Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ridwan Lubis, menentang rencana kedatangan Miyabi. Ia berharap mereka yang mengundang bersikap arif dan bijaksana.
Mestinya, kata dia, mereka tak hanya mencari keuntungan semata dengan mengorbankan seluruh bangsa. ''Kalau hanya untuk menciptakan kerusakan di negeri ini, untuk apa diundang,'' katanya kepada Republika di Jakarta, Senin (12/10).
Sekarang ini, jelas Ridwan, semua pihak sedang gencar-gencarnya memerangi dan memberantas pornografi serta kebebasan tanpa batas. Di Kudus, puluhan mahasiswa STAIN Kudus, berunjuk rasa menentang kedatangan bintang film panas itu ke Indonesia.
Anas Marzuki, koordinator aksi, menyatakan aksi unjuk rasa ini bertujuan mengingatkan masyarakat agar menyelamatkan generasi muda dari virus pornografi dan pornoaksi. ''Kedatangan Miyabi, secara tidak langsung mempromosikan pornografi di Indonesia,'' katanya.
Hal yang sama juga ditegaskan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ichwan Syam. ''Kita tahu dia itu merupakan ikon pornografi. Janganlah bikin gaduh bangsa ini dengan hanya mencari keuntungan semata,'' katanya.
Ichwan mengatakan, tak pada tempatnya mendatangkan ikon pornografi itu. Sebab, kata Ichwan, bangsa Indonesia kini sedang gencar berupaya memerangi pornografi dan pornoaksi. ''Kami berharap, pemerintah melalui aparat keamanan dan imigrasi bersikap arif,'' katanya.
Secara terpisah, sejumlah warga Gorontalo mengeluhkan sejumlah stasiun televisi yang menayangkan Miyabi ini. Mereka menganggap tayangan yang diputar berulang kali di sore hari itu, justru menyajikan hal berbau porno.
''Barusan Miyabi ditayangin lagi. Memang isi beritanya soal penolakan FPI atas kedatangan Miyabi. Tapi, setelah itu malah disambung dengan tayangan gerakan erotis Miyabi,'' kata Kusno (45), seorang warga Gorontalo.
Kusno mengaku kesal dengan isi berita tersebut, apalagi pada sore hari saat anak-anaknya sedang menonton televisi. Hal yang sama juga dikeluhkan Wati Ibrahim (39). Ia meminta pemerintah memberi peringatan terhadap televisi yang menayangkan Miyabi.
Meskipun Miyabi tak datang ke Gorontalo, kata Wati, tapi pengaruh buruknya tetap akan ada jika televisi di Indonesia terus menyisipkan adegan Miyabi dalam berita. Ia juga menolak kedatangan Miyabi untuk bermain film di Indonesia.
Rencananya, Miyabi datang ke Indonesia pada 14 Oktober 2009 ini untuk bermain film berjudul 'Menculik Miyabi'. ant/osa/taq
Mestinya, kata dia, mereka tak hanya mencari keuntungan semata dengan mengorbankan seluruh bangsa. ''Kalau hanya untuk menciptakan kerusakan di negeri ini, untuk apa diundang,'' katanya kepada Republika di Jakarta, Senin (12/10).
Sekarang ini, jelas Ridwan, semua pihak sedang gencar-gencarnya memerangi dan memberantas pornografi serta kebebasan tanpa batas. Di Kudus, puluhan mahasiswa STAIN Kudus, berunjuk rasa menentang kedatangan bintang film panas itu ke Indonesia.
Anas Marzuki, koordinator aksi, menyatakan aksi unjuk rasa ini bertujuan mengingatkan masyarakat agar menyelamatkan generasi muda dari virus pornografi dan pornoaksi. ''Kedatangan Miyabi, secara tidak langsung mempromosikan pornografi di Indonesia,'' katanya.
Hal yang sama juga ditegaskan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ichwan Syam. ''Kita tahu dia itu merupakan ikon pornografi. Janganlah bikin gaduh bangsa ini dengan hanya mencari keuntungan semata,'' katanya.
Ichwan mengatakan, tak pada tempatnya mendatangkan ikon pornografi itu. Sebab, kata Ichwan, bangsa Indonesia kini sedang gencar berupaya memerangi pornografi dan pornoaksi. ''Kami berharap, pemerintah melalui aparat keamanan dan imigrasi bersikap arif,'' katanya.
Secara terpisah, sejumlah warga Gorontalo mengeluhkan sejumlah stasiun televisi yang menayangkan Miyabi ini. Mereka menganggap tayangan yang diputar berulang kali di sore hari itu, justru menyajikan hal berbau porno.
''Barusan Miyabi ditayangin lagi. Memang isi beritanya soal penolakan FPI atas kedatangan Miyabi. Tapi, setelah itu malah disambung dengan tayangan gerakan erotis Miyabi,'' kata Kusno (45), seorang warga Gorontalo.
Kusno mengaku kesal dengan isi berita tersebut, apalagi pada sore hari saat anak-anaknya sedang menonton televisi. Hal yang sama juga dikeluhkan Wati Ibrahim (39). Ia meminta pemerintah memberi peringatan terhadap televisi yang menayangkan Miyabi.
Meskipun Miyabi tak datang ke Gorontalo, kata Wati, tapi pengaruh buruknya tetap akan ada jika televisi di Indonesia terus menyisipkan adegan Miyabi dalam berita. Ia juga menolak kedatangan Miyabi untuk bermain film di Indonesia.
Rencananya, Miyabi datang ke Indonesia pada 14 Oktober 2009 ini untuk bermain film berjudul 'Menculik Miyabi'. ant/osa/taq